Jumat, 20 Maret 2009

sejarah ngabar

Ngabar adalah kampung di sebelah selatan kota Ponorogoyang mana nama tersebut diambil dari nama kayu yang bernama"abar" yang dalam dialeg jawa menjadi "Ngabar"yang konon disini tumbuh banyak pohon abar. Meski terpencil Ngabar merupakan desa yang cukup disegani karena banyak tokoh-tokoh Warok yang tinggal didesa itu, diantara mereka yang hidup didesa itu dikenal seorang yang alim wiro'i dan sederhana bernama Imam Bukhori beliau tidak saja berpengaruh namun sudah dijadikan panutan, bahkan dianggap memilki karomah karena kelebihan-kelebihannya.
Imam Bukhori adalah putra Imam Syafi'i yang masih keturunan suku Bayat Cirebon Jawa Barat, setelah menunaikan ibadah haji Imam Bukhori mengganti namanya dengan Muhammad Toyyib,kehidupannya disibukkan dengan bercocok tanam dan mengajarkan agama kepada masyarakat dengan dibantu tokoh-tokoh yang memiliki pengetahuan agama yang cukup.
Pondok Pesantren Wali Songo didirikan atas motivasi syi’ar Islam untuk mengentaskan masyarakat Ngabar dari keterbelakangan di bidang ekonomi dan jatuh ke dalam kemaksiatan, menyadari beratnya tantangan yang dihadapi maka timbullah pikiran KH. Muhammad Toyyib untuk mendirikan lembaga pendidikan yang terarah dalam bentuk kepesantrenan.
Cita-cita itu baru terwujud pada tahun 1946 dengan didirikannya madrasah Diniyah Bustanul Ulum Al-Islamiyah yang mana sekarang berganti nama dengan Mambaul Huda Al-Islamiyah dari model Madrasah Diniyah itu kemudian dapat dikembangkan ke Lembaga-lembaga lain seperti Tarbiyatul Atfhal “Almanar” pada tahun 1950 kemudian Tsanawiyah Lilmu’allimin yang mana telah berganti nama dengan “Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyah” pada tahun 1958. setelah KH. Muhammad Toyyib wafat perjuangan tersebut diteruskan oleh anak-anaknya yaitu KH. Ahmad Toyyib, KH. Ibrohim Toyyib dan KH. Ishaq Toyyib.
Sampai akhirnya pada suatu hari Sembilan orang santri pertama datang ke “Ngabar”, dan masuknya sembilan santri tersebut mengilhami KH. Ibrohim Toyyib untuk memberi nama Pondok Pesantren “Ngabar” menjadi “Wali Songo”.
hal tersebut disetujui dan nama “Wali Songo “, yang digunakan hingga sekarang.
Tahun berganti tahun Pondok Pesantren Wali Songo berkembang dengan pesat, pertahun santrinya bertambah banyak yang berasal dari pelosok nusantara. Nuansa kesederhanaan dan keikhlasan nampak jelas di dalam setiap gerak aktivitas. Sampai akhirnya pada tanggal 22 Sya’ban 1400 H / 6 Juli 1980 M Pondok diikrarwakafkan untuk kepentingan Umat Islam.

0 komentar:

 
NGABARIANS 43 - © 2007 Template feito por Templates para Você